event di Dejavu

event di Dejavu

Saturday, February 14, 2009

Kalo' nyontek yang bener........


Jakarta - Saya sebenarnya suka sama d'Masiv. Walau terbilang baru, penampilan mereka oke punya lho. Tapi kok lagu-lagu mereka punya kesamaan sama lagu milik orang. Plagiatorkah?

Kemampuan bermusik para pemainnya sih oke. Lirik-liriknya mengena banget. Apalagi kalau Rian sang vokalisnya itu bernyanyi dengan penghayatan luar biasa.

1. Cinta Ini Membunuhku = I Don't Love You - My Chemical Romance

2. Diam Tanpa Kata = Awakening - Switchfoot

3. Dan Kamu = Head Over Heels (in This Life) - Switchfoot

4. CInta Sampai di Sini = Into The Sun - Lifehouse

5. Sebelah Mata = The Take Over, The Break's Over - Fall Out Boy

6. Dilema = Soldier's Poem - Muse

7. Tak Pernah Rela = Is It Any Wonder - Keane

8. Lukaku = Drive - Incubus

Saya juga kaget waktu itu isu ini berkembang bahwa d'Masiv plagiator. Tapi setelah didengar ternyata memang banyak kemiripannya. Kecewa deh akhirnya. Album kedua yang lebih orisinil ya... (pengirim: Agam, Jl. Jawa)

Tulisan diatas saya kutip dari detikcom. Saya sangat tertarik dengan opini yang dikirim oleh orang tersebut. Plagiator. Itu kata-kata yang menarik perhatian saya. Memang plagiator haram hukumnya dalam bermusik. Plagiator sendiri bisa diartikan menjiplak atau membuat suatu karya yang sama persis dengan karya aslinya.

Tapi, untuk masalah d’Masiv ini bukan lah kasus yang pernah. Mungkin, masyarakat sering mengklaim seorang musisi atau grup band sering melakukan plagiat. Dan yang paling sering diklaim masyarakat, bahwa musisi tersebut hasil karyanya menjiplak dari band favoritnya. Kalau sudah begitu, menurut saya bisa saja sesuatu yang lumrah. Mungkin, ketika dalam proses penciptaan lagu musisi tersebut memang menyukai salah satu musisi yang menjadi favorit atau idolanya. Maka tidak heran dalam proses penciptaan lagu tersebut, musisi masih teringat akan lagu yang diidolainya.

Jika berbicara dari segi teknis, maksudnya dari proses penciptaan lagu tersebut bisa saja si musisi membuat note atau kordnya tidak jauh beda dengan kord dari lagu yang digemarinya. Sekali lagi saya katakan, hal itu lumrah saja. Dan itu bisa dikatakan terinfluence atau terinspirasi. Terinspirasi berbeda jauh dengan menjiplak atau plagiator. Kalau plagiator menjiplak lagu sama persis, nah kalau terinspirasi mungkin lagu yang diciptakan ada kemiripan dengan lagu-lagu yang sudah tenar sebelumnya.

Saya sendiri sebenarnya tidak membicarakan masalah plagiat atau terinspirasi, tapi khhususnya tentang grup d’Masiv. Andai saja, mau bertindak picik bisa saja menyontek dari lagu-lagu yang sudah tenar sebelumnya. Tapi, disini d’Masiv menyontek lagu-lagu yang masyarakat luas sudah tahu. Padahal, musik itu ragamnya banyak sekali dan bermacam-macam bentuknya. Mungkin saja, d’Masiv melakukan hal itu untuk mendongkrak penjualan albumnya dipasaran. Jika hal itu tidak dilakukan, bencana akan terjadi. Penjualan album lesu, dan label sebagai pemberi modal pun akan bangkrut karena mereka tidak mendapat pemasukkan dari penjualan album mereka.

Jika memang sudah begitu, tamatlah karier mereka di industri musik. Yah....jika ingin survive di industri musik Indonesia harus seperti itu. Membikin lagu-lagu yang gampang dicerna masyarakat, tapi kita tidak tahu apakah lagu itu berkualitas atau tidak. Mungkin, mereka bisa mengklaim bahwa karya mereka berkualitas dengan dibuktikan penjualan album yang meledak di pasaran. Namun, ini kembali ke masalah persepsi atau motif. Mereka bermain musik untuk profesi, bukan untuk seni. Jika sudah begitu, mau tidak mau atau suka tidak suka harus mengikuti selera pasar.

Maka nya, sewaktu saya masih bersekolah di SMP guru saya pernah berkata “kalau nyontek yang bener”. Memang terdengar lucu jika mendengarnya. Tapi, esensi dari kalimat itu bahwa kita harus pintar-pintar dalam menyontek supaya tidak ketahuan orang kalau hasil karya kita adalah hasil mencontek dari karya yang sudah ada. Sekarang ini, terjadi kebiasaan atau budaya bahwa sesuatu yang salah pun bisa dibenarkan dan sebaliknya. Jadi, kalau mau menyontek hasil karya harus mencari referensi yang orang belum tahu dan kalau perlu aneh serta unik sekalipun. Sehingga orang-orang bisa mengatakan bahwa kita sudah menciptakan tren yang baru.